Pangeran tidur - 2

Sepanjang malam hingga pagi sang raja dan sang permaisuri terus mengentot di halaman belakang istana. Keduanya tak kenal lelah. Berkali-kali sang raja menggenjot vagina istrinya dengan penuh nafsu. Beruang-ulang cairan spermanya yang banyak dan sangat kental menyembur deras membasahi rahim sang permaisuri.
Ramuan buatan laki-laki tua itu benar-benar dahsyat. Tiga hari berturut-turut sang raja dan permaisuri terus memacu birahi di mana saja tempat yang mereka sukai. Singgasana kerajaan pun tak luput mereka gunakan sebagai tempat mengentot. Dayang-dayang istana yang terdiri dari gadis-gadis belia yang cantik hanya bisa menunduk malu-malu melihat keasikan sang raja dan permaisurinya mengentot di atas singgasana. Mereka tak diperkenankan meninggalkan posisi mereka di sekitar singgasana. Dengan muka merah karena malu dan menahan birahi akibat melihat tontonan sex gratis itu mereka terus mengipas-ngipas tubuh raja dan ratu dengan kipas lebar mereka.
Para selir raja yang terdiri dari dua puluh orang itu hanya bisa jengkel melihat keasikan sang raja dan permaisuri. Mereka merasa iri. Selama ini merekalah yang selalu memuaskan birahi sang raja. Namun kali ini sang raja kelihatan sangat menikmati persenggamaan dengan istrinya itu. Biasanya posisi senggama yang aneh-aneh dipraktikkan oleh sang raja bersama-sama dengan para selirnya. Dengan sang permaisuri sang raja hanya melakukan sex normal saja. Namun kali ini sang raja melakukannya dengan sang permaisuri. Berbagai posisi senggama yang aneh mereka lakukan demi memuaskan syahwat mereka. Termasuk mengentot sembari menunggangi seekor kuda milik sang raja.
Pada hari keempat senggama binal itu tuntas. Keduanya merasa sangat kelelahan. Tubuh mereka sangat lemas tak berdaya. Keduanya tertidur lelap seharian dan baru bangun pada keesokan harinya.
Ramuan buatan laki-laki tua itu sangat manjur membangkitkan gelora birahi. Hasilnya sebulan kemudian sang permaisuri dinyatakan hamil oleh para tabib. Pada saat sang permaisuri hamil, laki-laki tua itu pun menghilang dari kerajaan. Ia seperti lenyap di telan bumi. Tak ada yang mengetahui kemana perginya. Sang raja mengerahkan pasukan kerajaan untuk mencarinya. Namun tida hasilnya. Laki-laki tua itu raib tak tahu dimana rimbanya lagi.
Sembilan bulan kemudian sang permaisuri melahirkan seorang putra. Seluruh kerajaan bergembira ria. Apalagi raja dan permaisurinya. Tentu saja ada yang tidak bergembira. Yaitu para selir. Mereka sudah berharap-harap memiliki kesempatan menjadi permaisuri apabila sang permaisuri tak juga melahirkan putra. Kini harapan mereka kandas sudah. Sang raja menyelenggarakan pesta besar-besaran di istana empat puluh hari berturut-turut merayakan kelahiran putra mahkota itu. Seluruh kerajaan tetangga mereka diundang. Tentu saja seluruh rakyat kerajaan itu juga diundang dalam pesta itu.
Pada hari keempat puluh tiba-tiba muncullah laki-laki tua itu. Tanpa permisi ia langsung menghadap sang raja. Saat itu sang raja dan sang permaisuri sedang sibuk memamerkan bayi mereka yang tampan ke hadapan para tetamu. Keluarga kerajaan dari negeri tetangga. Sang raja dan sang permaisuri tak menyadari kehadiran laki-laki tua itu.
"Tuanku, hamba mengaturkan sembah," kata laki-laki tua itu tiba-tiba.
Ia sudah berdiri di sebelah sang raja. Kehadirannya yang sangat tiba-tiba dalam keadaan dekil, membuat sang raja dan sang permaisuri kaget. Mereka merasa sangat malu di hadapan para tetamunya dari negeri lain.
"Penjaga! Mengapa kalian biarkan orang dekil seperti ini memasuki istana, bawa pergi!" perintah sang raja serta merta.
Para penjaga segera mematuhi perintah itu. Mereka menarik tubuh laki-laki tua renta itu ke luar istana. Begitu sampai di luar mereka melemparkannya tanpa peri kemanusiaan.
Lelaki tua itu begitu marah atas perlakuan sang raja. Dengan penuh amarah ia kembali masuk ke dalam istana. Para pengawal berusaha mencegah, namun tidak bisa. Tiba-tiba terjadi keanehan pada laki-laki tua itu. Tubuhnya berubah menjadi merah membara. Para Pengawal yang merasa seperti terbakar bara api yang sangat panas saat menyentuhnya. Lelaki tua itu terus berjalan mendekati sang raja dan permaisuri. Saat telah sangat dekat tiba-tiba wujud laki-laki tua itu berubah. Sang raja dan permaisuri dan juga semua undangan yang hadir terkejut melihat perubahan itu.
Tubuh dekil dan kumuh laki-laki tua itu perlahan-lahan berubah wujud menjadi seorang laki-laki muda yang gagah. Wajahnya tampan dihiasi dengan rahang yang kukuh dan hidung mancung tegas. Alis mata tebal menghiasi dahinya. Tubuhnya sangat kekar dengan otot-otot yang terlatih bagus. Rambutnya tergerai panjang sebahu. Kulitnya berwarna merah membara.
Yang lebih mengagetkan lagi adalah tubuh pemuda itu telanjang bulat tanpa benang sehelaipun menutupinya. Dadanya yang bidang dihiasi bulu-bulu dada yang halus membentuk alur hingga ke perut dan selangkangannya. Diselangkangan itu mengumpul jembut yang lebat mengelilingi sebuah kontol besar yang masih tertidur. Meskipun dalam keadaan tidur kontol besar itu memiliki ukuran yang luar biasa. Segede terong ungu. Para wanita yang melihat kontol itu menatap dengan tatapan malu-malu namun penuh nafsu.
"Siapa kau?" tanya sang raja.
"Ha ha ha ha ha ha.. Aku adalah laki-laki tua yang kau hina tadi raja yang sombong..," kata pemuda itu dengan suara keras menggelegar.
"Mengapa kau bisa berubah wujud seperti ini?"
"Ha ha ha ha ha ha.. Tak ada yang tak bisa kulakukan. Sebab aku adalah peri jahat dari istana kegelapan.. Ha ha ha ha ha..,"
"Setan?!!"
"Ya.. Dan aku akan menghukummu raja yang sombong. Pada saat usia anakmu telah mencapai tujuh belas tahun, ia akan mati hanya karena goresan kecil mata pedang tajam di tubuhnya. Kau akan kehilangan dia untuk selama-lamanya. Ha ha ha ha ha!!"
"Jangan-jangan lakukan itu. Maafkan aku, maafkan aku..," sang raja memohon pada setan telanjang itu.
"Aku tidak pernah diciptakan untuk memaafkan orang. Rasakanlah hukumanmu. Ha ha ha ha ha..," selanjutnya sosok itu lenyap. Tinggallah sang raja dan permaisurinya yang menangis meratapi nasib putra mahkotanya itu.
Berhari-hari kerajaan Entah Dimana Berada dirundung kesedihan. Mereka benar-benar merasa terganggu oleh ancaman peri jahat itu. Berhari-hari sang raja dan permaisurinya memikirkan ancaman tersebut. Berbagai macam ahli sihir yang pintar dipanggil untuk menghapuskan ancaman peri jahat. Namun semuanya tak berdaya. Berbulan-bulan sang raja hanya termenung dan tidak berselera melakukan berbagai kegiatan. Rakyatnya pun tidak terlalu diperhatikannya lagi.
Suatu malam sang raja merasa seperti didatangi oleh seorang pemuda dalam tidurnya. Pemuda itu sangat tampan. Kulitnya kuning langsat seperti memancarkan cahaya yang membuat sang raja silau menatapnya. Rambut pemuda itu berwarna pirang, ikal dan tergerai hingga bahunya. Tubuhnya kekar dan lekuk-lekuk tubuhnya terbayang dengan jelas dari balik jubah putihnya yang transparan. Diselangkangannya membayang kontol besar yang membonggol dikelilingi oleh jembut hitam yang lebat pada pangkalnya. Meskipun masih dalam keadaan tidur kontol pemuda itu sudah segede pisang ambon.
"Siapa kau?" tanya sang raja ketakutan.
"Apakah kau akan segera membunuh putraku?" tiba-tiba ia teringat kembali pada peri jahat yang hadir dalam keadaan bugil di pestanya.
"Aku datang untuk menolongmu wahai raja yang malang," sahut pemuda itu dengan suara yang lembut.
"Apa yang dapat kau lakukan untuk menolongku? Aku tak mengenalmu, bagaimana aku bisa mempercayaimu?" raja masih ragu.
"Aku adalah peri penolong dari istana kebajikan. Rajaku menyuruhku untuk menolongmu karena ia pernah engkau tolong wahai raja yang baik,"
"Aku pernah menolongnya?"
"Ya. Ingatkah kau pada saat berburu di tengah hutan dan engkau melepaskan dua ekor rusa yang sedang bercinta di tengah hutan?"
"Mmm.. Sepertinya aku ingat. Aku tak tega membunuh mereka. Saat itu mereka sedang bercinta. Bila aku membunuh mereka, maka artinya aku menghentikan kelangsungan perkembangbiakan makhluk Tuhan,"
"Mereka itu adalah rajaku bersama permaisurinya. Saat itu keduanya mengubah wujud menjadi dua ekor rusa. Kami bangsa peri memang dapat berubah wujud sesuai kehendak kami," kata peri tampan itu menjelaskan. Raja Negeri Antah Dimana Berada mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagaimana engkau dapat menolongku wahai peri yang baik?" tanyanya kemudian.
"Mulai sekarang, jauhkanlah putramu dari segala jenis pedang sampai usianya melewati tujuh belas tahun. Niscaya ia akan terbebas dari kutukan peri jahat dari istana kegelapan itu,"
"Bagaimana mungkin wahai peri. Seorang calon raja harus diajarkan berperang menggunakan perang,"
"Engkau tetap dapat melatihnya berperang dengan menggunakan senjata yang lain selain pedang, wahai raja,"
"Sangat berat wahai peri.. Mmm.. Namun demi kelangsungan hidup putraku, pesanmu akan kulaksanakan. Wahai peri aku ingin bertanya padamu?"
"Apakah yang hendak engkau tanyakan wahai raja?"
"Bagaimana bila seandainya tanpa sepengetahuanku, putraku memegang sebilah pedang dan tergores tubuhnya. Apakah ia akan tetap mati juga? Apakah engkau tidak bisa membuatnya hidup kembali?"
"Kami bangsa peri tidak memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati wahai raja. Namun kami dapat memberikan ramuan penawar kutukan kematian yang dilontarkan oleh peri jahat itu. Aku akan datang kembali menemuimu beberapa hari lagi untuk memberikan ramuan itu. Apabila ia bernasib sial tergores oleh pedang maka ia tidak akan mati. Ia hanya akan tertidur lelap. Namun untuk membangunkannya dari tidur itu sangat berat melakukannya. Karena itu sedapat mungkin hindarkanlah putramu dari pedang wahai raja,"
"Seberat apakah cara untuk membangunkannya itu wahai peri yang baik?" tanya raja lagi penasaran.
"Aku tidak dapat mengatakannya sekarang. Namun pesanku sekali lagi adalah hindarkan putramu dari pedang. Kalaupun kemudian ia bernasib sial dan harus tertidur lelap, aku akan kembali kemari dan menolongnya semampuku. Sekarang aku harus pergi wahai raja," kata peri itu terakhir kalinya sebelum ia menghilang seperti asap.
Sebenarnya masih ada yang ingin ditanyakan oleh sang raja. Namun karena peri itu sudah hilang ia tak bisa lagi bertanya. Sesaat setelah peri itu hilang sang raja tersadar. Dikucek-kuceknya matanya. Ia berada diatas tempat tidur bersama permaisurinya tercinta.
"Ah, hanya mimpi rupanya. Aku kira tadi itu sungguhan," kata sang raja membatin.
Meskipun sang raja merasa percaya enggak percaya dengan apa yang dialaminya saat tidur itu, namun mulai keesokan paginya ia memerintahkan agar seluruh jenis pedang dimusnahkan dari Negeri Antah Dimana Berada.
Satu minggu telah berlalu. Peri baik hati yang datang dalam mimpi sang raja tak kunjung tiba. Raja Negeri Antah Dimana Berada mulai semakin ragu dengan kebenaran mimpinya itu.
Bersambung . . . .