Pelayan di kantorku - 2

Dan kini kulepas tangan kiriku. Kupepetkan kontolku ke bagian betis Lani dengan sementara itu lidah dan bibirku terus menjilat dan menyedot. Kedua tanganku menggapai-gapai bokong, pinggul dan buah dada Lani. Dan dengan halus aku melakukan geRakan memompa, menggesek-gesekkan kontolku ke betis Lani. Uh uh uh uh .. kenikmatan birahiku sungguh menggelombang. Fantasiku liar menggelombang. GeRakan memompaku merangsang titik peka pada kontolku. Hidungku menghirup semua aroma anal Lani, bibirku menggigit kecil kemudian menyedot, lidahku melumuri lubang dubur Lani hingga menjadi kuyup.. huu Lannii.. Laannii.. LAANNII.. hoh hoh hoh hoh.. hoh hoh hoh .. Aku langsung merosot kelantai .. spermaku berceceran di betis Lani.. juga ke sprei Hotel Mambruk ..juga ke lantai terracota Mambruk..
Pukul 7 pagi harinya, aku dan Lani telah duduk di coffee shop. Kami makan bubur ayam Anyer yang terkenal. Itu bubur Menado yang bisa dimakan dengan sepotong besar tuna rebus. Juga kopi dan tomato juice.
'Tidurmu kayak kecoak mabok yang kena obat nyamuk. Dilepas sepatunya, digoyang-goyang supaya bergeser ke tengah ranjang tidak juga terbangun, Lan .. Lan ..', aku mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang ..
'Maafin Pak, saya minum bir yang dikasih Pak Dondy jadinya kepulesan tidur..'.
Sesudah menyiapkan peralatan pemotretan, pagi itu kami menyisir pantai Anyer. Sesudah 1 jam kami pilih sana dan pilih sini, akhirnya aku menemukan obyek yang paling ideal. Pantai dekat Labuhan. Ada sekelompok perahu khas bersama nelayan Anyer yang siap melaut. Kusuruh Lani memasang penyangga kamera. Aku menghampiri para nelayan dan omong-omong sebentar. Kemudian sesudah mereka selesai menyiapkan perbekalan melautnya, satu persatu lepas ke laut, ke Selat Sunda. Nampak di kejauhan gunung KRakatau yang mengepulkan asapnya. dari lubang pengintai kameraku aku mengikuti gerak perahu dan nelayannya. Ada yang melepas layar. Ada yang mulai mendorong. Ada yang menarik jaring pukatnya ..Klik, klik, klik, klik, klik .. Selama hampir 2 jam memotret pada satu lokasi pilihan ini aku habiskan 5 rol KODAK 200 ASA, atau total 180 kali jepretan lensa kameraku. Selesai.
Pada pukul 12.00 aku bersama Lani sudah duduk kembali di coffee shop & restaurant Mambruk. Kali ini 1 porsi 2 kg kerapu bakar, 1 porsi salad tuna, 2 juice mangga campur duren dan 2 bir besar siap mengisi perut kami. Lani banyak tertawa. Aku bilang semua urusan dan pekerjaan selesai. Kami masih punya waktu 42 jam hingga saat pulang lusa pagi. Kita masih punya 42 jam lagi untuk menikmati udara Anyer. Kami masih punya 42 jam lagi untuk bergaya orang kaya.
Aku, yang hanya banyak membayangkan menyedot kontol Lani sejak berangkat dari Jakarta kemarin, menikmati tantangan di depanku. Menundukkan Lani, hingga dia benar-benar bisa menyerahkan kontol besarnya untuk aku bisa melumatinya. Aku akan memberikannya pengalaman yang tak terlupakan. Hubungan kami yang penuh suasana akrab dan banyak kelakar yang terbuka, membuat Lani tidak lagi canggung berhadapan denganku. Dan memang secara teratur aku mengkondisikan agar aku bisa lebih mudah dalam mengembangkan dorongan libidoku.
Saat kembali ke kamar, Lani terburu-buru menuju toilet, kebelet kencing. Kesempatan untuk aku menyusul. Persis saat hendak menutup pintu, kutahan pintunya.
'Bareng', kataku mengajak kencing bareng.
Dia mengiyakan saja. Saat kami sama-sama mengeluarkan kontol masing-masing, aku menyenggol lengannya.
'Lihat, benar khan kamu tidak disunat', sambil aku meraih lengannya hingga tubuhnya berbalik ke arahku dengan tangan kirinya yang mencekal kontolnya hendak memancurkan kencingnya ke kloset.
Dia santai saja menunjukkan kontolnya. Lugu dan santai. Terbukti dia sama sekali bersikap masa bodoh saat aku memegang kontol itu dan memainkan kulupnya. Aku semakin demonstratif. Kupegang batangnya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku meraih kulupnya untuk mencoba membuka kulup itu dengan cara menariknya ke arah pangkal batang kontolnya.
'Udah Pak Dondy, geli ah'.
Aku tidak mendengarkannya. Aku terus memainkannya saja, jari-jariku memelintir lembut kulupnya.
'Haiihh, geli .. Haiihh haaiihh haaiihh, hiih, hiih', dia terus meringis kegelian.
Aku tetap saja meneruskannya.
Dan akhirnya aku merasakan kontolnya membesar pelan-pelan. Aku teruskan. Lani tidak begitu keras lagi menolak.
'Iiihh pakk .. geli khan ..?!'.
Aku tetap saja memelintir-melintir kulup itu, kemudian juga mengutik-utik tepian topi helmnya, juga ujung lubang air kencingnya.
'Pak .. pp ppaakk ..', nah .. kontol itu akhirnya membesar.. membesarr ..
'Aadduuhh ..'.
'Kenapa Lan .. enak yaa ..?', mulai suaraku terdengar, memancing.
Kontol itu secara maksimal telah ngaceng. jariku terus bermain.
'Eenaakk yaa.. Ll.. Laann..?', aku mulai bersuara dalam bisik.
Dia mulai mengerti. Dia menatapku..
'Iyaa pa.. pakk .. jadi gatell ppaakk.. enakk pakk ..'.
Kini aku mulai mengelus batang-batangnya. Lani semakin serak suaranya.
'Oocchh ..pak Donndyy .. enakk pakk ..'.
Dan kontol gede itu sudah jelas ngacengnya ..
'Uuhh gede sekali kontolmu Lann .. Gedenyaa .. ', sambil tanganku terus menyerang, mengelus-elus, memijit-mijit, mengurut..
Dan kontol Lani itu telah nyata dalam genggamanku. Bukan lagi kontol kecil yang hanya dapat diutik-utik dengan jari-jariku. Aku yakin, kontol ini berukuran lebih dari 20 cm dengan diameter 5 cm. Aku benar-benar mengocoknya. Dan Lani benar-benar menikmatinya. Mata Lani merem melek.
'Pakk .. Dondyy .. terus pp.. paakk ..!!'.
Mendengar ucapan terakhirnya, aku menjadi yakin. Kontol Lani akhirnya kubawa ke arah mulutku. Aku mencaploknya. Aku langsung memberikan yang biasanya paling langsung memberikan perasaan yang sangat nikmat. Mulutku mengulum.
'Ddd.. dduuhh.. ppaakk.. duuhh.. dduuhh dduuhh.. Ppaakk..Pppakk.. duhh duhh ..', duh nikmatnya mendengar desahan bibir Lani .. birahiku sangat membara ..
Kemudian aku memompanya. Dan secara alami, bokong Lani maju mundur, memastikan kontolnya untuk terus berada dalam kulumanku dan masuk lebih dalam ke mulutku. Kini aku lenih leluasa bermain. Aku berusaha memberikan yang terbaik bagi Laniku. Tanganku memegang kontolnya, mulutku menari, lidahku menari. Kontol yang sangat gede bagiku (baru kali ini aku menjumpai langsung yang segede ini) aku tegakkan ke perutnya. Kemudian, lidah dan bibirku menyisir mulai dari bijih pelernya. Melumat-lumat.
Lani sudah mulai benar-benar tenggelam. Kepalaku diraihnya. Rambutku dia remas. Yaa .. kepalaku yang menggeleng ke kanan dan ke kiri untuk mengikuti irama lidah dan bibirku, dia tekan-tekan. Aku tahu Lani yang sudah sangat gatal berharap agar aku menelan kontolnya lebih dalam lagi.
'Pak Dondy .. Ll .. lani koq jadi beginii.. pp.. Pakk ..Lani ingin ketempat tidur saja yyookk..', oohh sungguh kasihan Lanikuu.. engkau kini tengah diserang badai birahi yaa.. engkau kini sedang dilanda kenikmatan yaa.. ayyoo..
Sebetulnya aku tidak berharap bisa meraih Lani secepat ini. Aku sudah agak pesimis sebelumnya, dimana aku sudah berkesimpulan, kalau toh tidak bisa meraih Lani secara terbuka, aku mempunyai pilihan sebagaimana yang tadi malam aku kerjakan, mengajak makan hingga kenyang dan memberikan sebotol bir, menanti Lani kembali tertidur pulas. Aku pasti akan mengulangi detail kenikmatan seperti tadi malam itu.
Ternyata kini di tanganku sudah kuraih Lani yang pasrah. Aku turuti kemauannya ke tempat tidur. Kemudian kami langsung berguling, berpagut-pagutan. Lani ternyata cepat pintar mencium maupun dicium, mungkin sudah bakatnya. Walaupun saat awal berciuman tadi dia agak kagok. Tiba-tiba dia bangkit. Dia langsung menaiki dadaku, mengarahkan kontol gedenya langsung ke mulutku.
'Pak Dondy, yang tadi terusin pp.. Paakk..', yyaa.. aku faham.. Lani sudah merasakan apa itu kenikmatam cinta.. saat kontolnya di mulut lawan cintanya, ..saat lidah menari-nari menjilati kepala Nazinya, .. saat-saat bibirku menyEdoti bijih pelernya serta menggigit-gigit batang kontolnya yang keras dan kaku itu .. Aku tidak bisa ngomong lagi kecuali ..hah ..hah .. mengangguk-angguk sambil membuka mulutku.. Tanganku meraih bokongnya agar duduknya lebih naik mendekat ke mulutku.
Pertama kali aku jilati dulu punuk bawah peler yang menggunung saat kontolnya ngaceng. Kemudian rupanya Lani sudah tidak bisa menahan keinginannya agar mulutku segera mencaplok kontolnya. Dia langsung mengubah posisinya. Dia ngentoti mulutku. Dia pompa mulutku dengan kontolnya yang sangat gede itu. Dia membuatku gelagapan dan hampir tersedak. Kontol gede panjang itu menyentuh langit-langit rongga mulutku di depan tenggorokan. Wuuhh .. aku merasakan kewalahan. Pompaan Lani membuatku harus menahan pantatnya dengan sikuku, agar kontolnya tidak langsung menembus mulutku.
Lani mendesah dan meracau.
'Hach hach hach hach hach .. Pak.. Pak.. hach hach hach hach ..'.
Saat mau "tumpah", dia seperti kesetanan. Dia meraih kepalaku kuat-kuat. Dia raih dan tarik kepalaku agar bisa lebih menusukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku kesulitan bernafas. Dan saat aku rasakan ujung kontolnya tepat menyentuh gerbang kerongkonganku, terasa siraman hangat panas air maninya yang menyemprot-nyemprot.
Tangan Lani terus menarik-narik kepalaku. Kali ini dikarenakan nikmatnya semprotan itu dalam mulutku, dia seakan ingin memastikan bahwa mulutku benar-benar ingin dan mau menelan air maninya. Untuk meyakinkan itu, tanganku dengan cepat meraih bokongnya dan mengelus-elusnya sambil aku mengeluarkan rintihan dan desahan nikmat ..
'Ooocchh.. LAANNII.. oocchh LAANII ..LLaaNNII.. LLAANII..'.
Setelah puas mengentot mulutku, dan seluruh sperma simpanannya tumpah ruah di mulutku, Lani langsung rebah ke ranjang.. Keringatnya mengucur.. nafasnya ditarik panjang ..satu satu .. Aku sendiri masih dalam keadaan birahi yang memuncak, tetapi aku tidak ingin Lani terganggu saat masih lelah.
Aku hanya berbisik .., 'Lan.. kamu istirahat saja .. aku yang kerja yaa.. aku masih belum keluar nihh, aku ciumi kamu yaa .. biar cepet keluar .. Lani daiam saja yaa ..', dan aku langsung melingkarkan kakiku ke pahanya agar aku bisa menggosokkan kontolku di sana. Kemudian ketiaknya kuterkam. Kuilati ketiak bocah ini.. aku jilati dadanya.. aku sedot-sedot putingnya.. kemudian aku naik ke tubuhnya. Kujepitkan kontolku ke pahanya, aku melumati bibirnya. Lani betul-betul diam menuruti perintahku.
Dan nafasku semakin memburu. Kocokan kontolku pada pahanya kupercepat.. Kini akulah yang benar-benar kesetanan di depan Lani..
'LAANN LANN LLAANN LLAANN LLAANN .. sperma ku sudah di ujung kontolkuu .. LLAANN LLAANN..'.
Kubalikkan Lani hingga dia di atasku.. wajahnya tepat di atas wajahku.. dengan kedua pahaku yang kini menjepit paha kanan Lani, kocokan kontolku pada pahanya terus kupercepat.. aku merintihh ..
'Tolongg LAANNII.. tolong LAANNII .. aku minta ludah kamuu .. aku mintaa ludah kamuu.. aku ingin minum ludah kamuu ayyoo LLAANN..', Lani nampak bengong.
'Tolongg LAANNII .. ludahi akuu .. ludahi ke mulutkuu ..'.
Dan kulihat Lani mengumpulkan ludah di mulutnya .. kemudian membuang cairan setengah lendir dengan sedikit busa-busa itu ke mulutku ..heecchh.. nyyllmm .. nyyeellmm.. Rintihanku terus meminta ludahnya .. dan setiap kali Lani mengumpulkan ludahnya ..untuk membuangnya ke mulutku.. nyyeellmm.. nyyeellmm.. Dan .. hech hech hech hech hech .. AARRCChh ..
Spermaku muncrat. Lengket di paha Lani. Yang lain tercecer di sprei. Kini aku yang telentang.. Lani bangkit ke kamar mandi.. meneruskan kencingnya yang tertunda.
..
Aku menelepon ke house keeping, aku minta petugas kamar Mambruk untuk mengganti sprei, handuk, sabun dan sebagainya. Itu hakku, hak penghuni yang masih tetap tinggal di hari berikutnya. Sejak itu, seharian kami di kamar terus saja bertelanjang. Aku puas bisa meraih Lani dengan kontolnya yang gede itu. Kami jadi malas keluar. Kebutuhan makan dan minum kami pesan saja ke room service. Kami ingin sisa waktu hingga besok pagi hanya diisi dengan mengumbar libido, mengumbar birahi dan ngentot, ngentot, ngentot, ngentot, ngentot ..hhuuhh kenikmatan birahii .. hhuuhh kontol gede di mulutkuu .. hhuuhh.. sperma muncrat membasahi tenggorokankuu .. huuhh .. lubang dubur Lanii yang menunggu jilatan lidah dan kecupan bibirku .. Tapi sore harinya kami keluar juga. Sesudah rapi mandi kami nongkrong di coffee shop. Ini juga bisa jadi terapi, agar timbul kreasi atau inovasi untuk sama-sama meraih birahi ..
Sayup-sayup terdengar 'Antonio's Song', dari jazzer Michael Frank. Di bawah meja tangan kami saling meremasi. Aku perhatikan wajahnya.. wajah yang telah menanti untuk dipuaskan .. wajah anak desa lugu yang telah merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki .. aku tidak akan menyia-nyiakannya.. Aku berjanji dalam hatiku.. 'Tunggu Lan, masih ada yang terbaik buat kamu ..', kukernyitkan alisku untuk mengisyaratkan padanya .. jangan khawatir ..
Dan kami memang tak perlu menunda-nundanya.. Begitu kami masuk kembali ke kamar, Lani langsung memagutku.. dan aku langsung menyambutnya dengan lebih berapi-api. Kami saling melucuti pakaian sendiri maupun pakaian lawannya. Dan.. HHAAhh .. Lani kini yang langsung menunjukkan birahinya yang ter-obsesi.. dia berjongkok..
Kontolku langsung diraih dan dimasukkan ke mulutnya .. tentu saja aku merasa senang sekali .. kuelus-elus kepalanya untuk memberikan semangat. Dia mendorongku ke ranjang. Dan saat sampai ditepi ranjang, di rebahkannya aku dengan kakiku tetap terjuntai ke lantai. dari arah selangkanganku, mulutnya kembali menerkam kontolku. Dia kulum, dia pompa.

Bersambung . . . .