Persahabatan tiga ABG gay - 6

Di dalam kamar mandi itu, dia segera membuka celana abu-abu seragam sekolahnya, dan segera mengocok kontolnya dengan cepat. Tapi sial, belum sempat kontol itu menyemburkan pejunya, tiba-tiba pintu kamar mandi tempatnya onani digedor seseorang. Rupanya bagian cleaning service yang menggedor karena dia harus segera membersihkan kamar mandi sebelum bel istirahat berdentang. Akhirnya, dengan bersungut-sungut, Johan menghentikan onaninya sebelum dia mencapai orgasme, dan segera kembali ke ruang kelas.
Gara-gara semua itu, sesampainya di rumah dia segera berniat melanjutkan kembali pelampiasan nafsu birahinya. Begitu masuk ke kamar tidurnya, dia segera menelanjangi dirinya, dan dalam kondisi telanjang dia berdiri di depan cermin besar, mengamati seluruh lekuk liku tubuhnya. Johan memang senang berdiri telanjang berlama-lama di depan cermin, menikmati dan mengagumi keindahan tubuhnya sendiri. Apalagi bila kontolnya sedang ngaceng total seperti siang itu, bisa membuatnya bertahan lebih dari setengah jam berkaca di depan cermin besar itu. Puas bercermin dan mengamati keanggunan kontolnya sendiri, ia pun segera mengenakan celana boxer biru tanpa celana dalam, dan melenggang menuju kolam renang di belakang rumahnya. Setelah puas bermain air kolam renang sekitar 15 menit, Johan naik dan berbaring di rerumputan hijau di bawah rindangnya pohon kenari.
Siang itu, Johan benar-benar tidak punya pilihan lagi. Dia sudah tidak dapat menahan dan mengendalikan nafsu birahinya lebih lama lagi. Maka tak lama setelah berbaring, Johan mulai merangsang dirinya sendiri. Dan tentu saja, bersamaan dengan itu, fantasinya mulai bekerja. Ia membayangkan tubuhnya sedang dirangsang oleh dua pasang tangan milik dua sahabatnya, Tomi dan Iwan yang selama ini selalu dikaguminya karena ketampanan mereka.
Johan memang selalu ingin bisa bermain sex dengan dua sahabatnya itu. Maklum, Tomi berwajah putih mulus dengan rambut hitam lurus belah tengah. Mata Tomi yang hitam tampak jernih dengan hidung mancung menghiasi wajahnya. Dan wajah itu semakin manis bila bibir merah Tomi sedang tersenyum. Sedangkan Iwan memiliki rambut yang agak merah, karena dia memang berdarah campuran Perancis, Cina, dan Jawa. Matanya yang biru semakin membuat Johan selalu tergila-gila. Sedangkan bibirnya yang tipis sangat sensual membuat Johan selalu bermimpi dapat mengecup dan melumatnya. Sedangkan Johan memiliki rambut hitam lurus yang agak panjang hingga melewati tengkuknya. Wajah Johan sendiri memang tak kalah manis dibanding dua sahabatnya itu.
Bayangngan dua wajah manis dan tampan itu membuat Johan semakin bernafsu. Johan makin bernafsu saat membayangkan kontol dua sahabatnya itu dalam kondisi sedang ngaceng. Johan berpikir, tentu kontol dua sahabatnya akan sangat panjang dan besar serta keras bila sedang ngaceng. Kontol Johan sendiri memang panjang untuk anak remaja berusia 16 tahun. Dengan bulu-bulu jembut yang selalu tercukur rapi, kontolnya tampak semakin gagah dan anggun baik saat sedang lemas, apalagi bila sedang ngaceng. Oh sungguh akan menyenangkan bila Johan benar-benar bisa mengadu keperkasaan kontolnya itu dengan dua kontol milik Tomi dan Iwan. Dan dia benar-benar sangat menginginkannya saat ini.
Sambil membayangkan keindahan tubuh dua sahabatnya, Johan terus meransang tubuhnya. Tangan kirinya mulai menggelitik dan memilin dua puting susunya bergantian. Sementara tangan kanannya, mulai bergerak turun ke arah selangkangannya. Dengan cepat, gerakan jemari kirinya pada kedua puting susunya segera mengalirkan sensasi kenikmatan pada tubuhnya. Dan tangan kanannya, sudah menyusup ke balik boxer birunya. Di dalam boxer birunya itu, tangannya segera menemukan batang kontolnya yang sudah ngaceng sepanjang 17,5 Cm, lebih panjang 9 Cm dibanding bila kontol itu sedang dalam keadaan lemas.
Dengan gerakan cepat, Johan menarik turun dan melepaskan boxer biru itu dari badannya. Dengan begitu, tangannya menjadi lebih bebas memberikan perhatian penuh pada kontolnya yang disunat dengan sempurna itu. Telapak tangan kanannya segera menggenggam kontolnya yang panjang, dan mulai meremas dan memijit batang kontol yang berdiri mengacung dengan keras itu. Kontolnya terasa hangat, dan lembut dengan kulit yang halus. Beberapa saat kemudian, tangan kanannya mulai bergerak naik turun sepanjang batang kontolnya, dan dia pun sudah asik dengan kegiatan onaninya dengan bebas tanpa ada gangguan apapun dari orang lain.
Johan semakin jauh terbang dalam kenikmatan onaninya seiring dengan gerakan-gerakan ritmis tangan kanannya pada kontolnya. Kocokan lembut dan pelan kemudian berubah menjadi cepat dan sesaat kemudian berubah pelan, menghadirkan kombinasi sensasi kenikmatan sex pada dirinya. Sementara gerakan jemari tangan kirinya yang terus menggelitik dan memilin lembut dua puting susunya melengkapi sensasi kenikmatan sex itu. Di sela merasakan kenikmatan itu, benak Johan pun tak berhenti membayangkan kehadiran dua tubuh mulus milik Tomi dan Iwan di sisinya. Benak Johan terus dipenuhi bayangan keindahan tubuh dua sahabatnya yang selalu membuatnya bergairah itu.
Johan berkhayal, Tomi dan Iwan sedang sibuk merangsang tubuhnya. Dalam benaknya tergambar, mulut Tomi dan Iwan tampak sibuk mengenyot puting susunya, masing-masing di sebelah kiri dan kanan. Lidah dua cowok cakep itu tampak sedang aktif menggelitik puting susunya bersamaan, diselingi dengan kecupan dan kenyotan lembut pada susunya hingga menimbulkan bercak kemerahan di sekitar kedua puting susunya. Sementara tangan kanan Tomi tampak sedang meremas dan mengocok kontolnya. Sedangkan tangan kiri Iwan bertugas meremas-remas lembut dua buah zakarnya diselingi dengan rangsangan nikmat berupa gelitikan lembut jemari Iwan di sekitar anus Johan. Sungguh kombinasi rangsangan seks yang sangat nikmat, membuat Johan makin dalam tenggelam dalam arus kenikmatan seks.
Tak lama, imajinasi Johan bergerak dengan membayangkan mulut Tomi dan Iwan bergantian memberikan kenikmatan sex melalui kontolnya. Mulut Tomi sedang menghisap kontolnya, dan mulut itu tampak bergerak naik turun sepanjang batang kontolnya yang menimbulkan gesekan penuh nikmat antara kulit penisnya dengan bibir lembut Tomi. Pada saat yang sama, lidah Iwan sedang sibuk menggelitik dua buah zakar Johan, dan sekali-sekali mulut Iwan mengulum dua bola zakar yang membuat Johan memekik kenikmatan.
Sesaat kemudian, lidah Iwan bergerak turun ke arah mulut anus Johan. Tanpa ragu, Iwan menjulurkan lidahnya dan menggelitik daerah sekitar bibir anus Johan. Mulut Johan segera mendesis dan mendesah tiada henti saat merasakan kenikmatan yang berbeda dari gelitikan lidah Iwan pada daerah sekitar bibir anusnya. Dan, tiba-tiba tubuh Johan menggelinjang agak keras serta mulutnya memekik penuh nada erotis, saat ujung lidah Iwan menyentuh tepat mulut dan bibir anusnya. Itulah kenikmatan terindah yang belum pernah dirasakannya selama ini. Melihat reaksi tubuh Johan, Iwan semakin bersemangat lagi menggelitik permukaan anus Johan. Lidahnya semakin liar mengusap dan menjilati anus itu, yang membuat tubuh Johan makin kuat menggeliat menahan rasa nikmat yang begitu deras mengaliri saraf pada sekujur tubuhnya.
Bergantian Tomi dan Iwan mengulum kontol dan menjilati permukaan anus Johan. Sementara dua sahabatnya itu sibuk memberikan kenikmatan pada dirinya, dua tangan Johan juga tidak tinggal diam. Tangan kanan dan kirinya masing-masing sibuk mengocok kontol milik Tomi dan Iwan. Dua kontol panjang itu terasa hangat dan keras dalam genggaman tangannya. Johan membayangkan, mulutnya juga tak kalah sibuk mengulum bergantian kontol milik Tomi dan Iwan. Sesekali lidahnya juga menggelitik kepala kontol yang merah dan basah itu. Mulut Tomi dan Iwan sesekali terdengar melenguh dan menggumam keenakan akibat sentuhan lidah dan bibir Johan pada batang kontol mereka yang ranum dan anggun itu.
Siang itu, Johan benar-benar tenggelam dalam bayangan dan fantasi seksnya yang liar. Ia habis-habisan menumpahkan seluruh energi seksnya dalam khayalan birahi dan kenikmatan onaninya. Dan sejalan dengan keliaran fantasi seksnya, Johan makin mempercepat gerakan tangan kanannya memompa dan mengocok batang penisnya yang ujungnya sudah basah kuyup oleh lendir bening yang mengalir tiada henti. Pre cum itu menjadi pelicin alami yang membuat aktivitas onaninya makin terasa nikmat. Sementara tangan kirinya tak putus menggelitik dan memilin lembut dua puting susunya.
Desahan lembut dari mulutnya telah berubah menjadi erangan dan rintihan keras penuh nada erotis. Tubuhnya makin kuat menggeliat menahan kenikmatan besar yang melanda tubuhnya. Dan saat itu detak jantungnya makin terasa cepat, dengan nafasnya yang makin terengah-engah. Wajahnya sudah memerah, sementara kepala kontolnya makin keras berdenyut, menandakan Johan sudah semakin dekat dengan puncak kenikmatan onaninya. Dan benar saja, setelah sekitar 12 menit mengocok kontolnya, tiba-tiba dari celah sempit pada kepala kontolnya menyembur peju dengan dahsyatnya.
Saat itu, Johan masih membayangkan kontolnya sedang dihisap bergantian oleh mulut Tomi dan Iwan. Dan saat semburan pejunya yang pertama, kontolnya sedang berada dalam sekapan kehangatan mulut Iwan. Sehingga pejunya dengan deras mengalir memenuhi rongga mulut Iwan. Dengan penuh semangat birahi, Iwan mereguk setiap tetes peju Johan yang mengisi rongga mulutnya. Tetapi Iwan segera melepaskan kontol Johan dari sekapan mulutnya, setelah kontol itu menyemburkan peju yang ketiga. Dan dengan cepat kontol itu berpindah ke dalam mulut Tomi, tepat saat terjadi semburan peju yang keempat. Dan Tomi pun dengan antusias dan penuh semangat segera mereguk peju itu untuk menghilangkan dahaga seks yang terus mengaliri tubuhnya. Hingga semburan yang kedelapan, kontol Johan masih terus dihisap dan dikulum mulut Tomi.
Setelah kontol itu tidak lagi mengeluarkan pejunya, lidah Tomi dan Iwan bersama-sama menjilati sisa-sisa peju yang meleleh pada sepanjang batang kontol Johan. Johan pun tergeletak lemas namun penuh kepuasaan membayangkan kenikmatan yang sesungguhnya bisa dirasakan bila Tomi dan Iwan benar-benar hadir secara nyata di sisinya saat itu. Dan sambil terengah-engah, Johan masih terkapar di rerumputan lembut menghabiskan sisa-sisa kenikmatan onaninya siang itu.
Bersambung . . . . .